top of page

Saat semangat itu hilang, masih adakah Tuhan?

Untuk kalian yang sudah merasakan lahir baru cukup lama, pernahkah pada satu titik kalian merasa kalian tidak seberapi-api pertama kali kamu menerima Kristus?

Aku pernah. Dan baru saja merasakannya berapa hari ini. Pada satu titik aku kembali bertanya-tanya, “Kenapa aku tidak sesemangat dahulu?” “Is the fire gone?” Saat pertama kali kamu menerima Kristus dalam hidupmu, kamu bisa merasakan detak jantungmu berdegup kencang seakan seluruh tubuhmu diisi oleh udara yang sejuk. Dan apa pun yang kamu lakukan, kamu tidak perlu khawatir, karena kamu bisa membayangkan, merasakan kehadiranNya bersamamu setiap saat. Tapi belakangan ini aku tidak merasa begitu. Aku membaca Firman dan aku memahami aku berusaha menjalankannya, tapi aku tidak merasa hidupku terpenuhi. Hingga akhirnya aku merasa dan mulai menerka-nerka, “Mungkinkah Tuhan meninggalkanku?” Karena aku hambar akan kehadirannya, aku lebih memilih untuk melakukan hal-hal yang seharusnya tidak kulakukan. Yang sederhana saja, daripada mendekatkan diri kepadanya, aku melakukan hal-hal yang aku kira akan memuaskan diriku, tetapi kenyataannya tidak. Pernahkah kamu seperti itu? Memilih untuk melakukan hal-hal yang kamu tahu akan memuaskanmu untuk sesaat saja? Dan aku semakin buta dengan kehadiranNya. Aku semakin tuli akan suaraNya. Saat hadir di gereja, aku tidak bisa diam, aku terus saja mengomentari pembicaranya dalam pikiranku, bukannya mengosongkan diri dan menerima apa yang sedang dibawakan. Aku merasa lelah. Dan aku membenarkan diri dengan mengatakan bahwa aku tidak punya cukup waktu untuk mengosongkan diri dan berdoa. Waktu untuk bersenang-senang saja aku tidak punya. Sampai akhirnya aku jatuh sakit, dan hampir tidak bisa apa-apa selain berbaring di tempat tidur. Dua hari berlalu, dan sakitku bukannya semakin membaik, malah semakin parah. Saat aku berbaring itu, aku memikirkan diriku beberapa hari ini dan mulai merasa konyol, “Tuhan, aku memang bilang aku ga ada waktu buat berdoa, tapi masa harus dibikin sakit dulu sih?” ​Dia tidak menjawabku. Dalam kesunyian itu, aku berusaha berpikir, apa sih yang sebenarnya membuatku tidak ingin datang kembali padaNya? Sudah hampir sebulan aku merasa hambar dalam kehidupan spiritualku. Aku merasa tidak bisa berbicara dengannya seleluasa dulu. Jantungku tidak berdegup sekencang dulu. Jadi apa maksudnya semua ini? Sebuah pikiran terbersit, “Mungkin kamu melakukan suatu kesalahan?” Tidak, hatiku sangat meyakini bahwa mengikuti Yesus adalah keputusan terbaik yang pernah aku ambil. Tapi dimanakah Engkau saat ini Tuhan? Kalau Engkau memang dekat denganku, mengapa aku tidak bisa merasakanMu? Apakah Engkau mengacuhkanku karena aku sudah lama tidak berbicara padaMu? Belakangan aku sedang senang-senangnya membaca cerita artis-artis luar negeri yang vokal mengenai iman mereka. Seperti Justin Bieber, Selena Gomez, Tori Kelly, apalagi semenjak meninggalnya Christina Grimmie. Aku iseng-iseng browsing mengenai Demi Lovato. Aku sudah mendengar satu albumnya, “Confident” dan meskipun itu tidak menunjukkan sisi spiritualnya, tapi entah kenapa aku bisa merasakan imannya dari lagu-lagunya secara implisit. Aku ingin menjadi artis seperti itu. Ketika aku sedang mencari-cari mengenai Demi Lovato, ada satu artikel yang menuliskan lagu-lagu yang didengarkan oleh Demi dan membantu dia untuk cope dengan masalah eating disorder-nya dulu. Ada satu lagu, Strong Enough yang dibawakan oleh Stacie Orrico. Dulu dia salah satu Christian Artist yang cukup terkenal tapi belakangan sudah tidak terdengar. Tanpa berpikir panjang, aku memutar lagunya dari Apple Music-ku. And I cried.

"As I rest against this cold, hard wall will You pass me by? Will You criticize me as I sit and cry? I had fought so hard and thought that all my battles had been won Only to find the war has just begun Is He not strong enough? Is He not pure enough? To break me, pour me out and start again Is He not brave enough? To take one chance on me Please can I have one chance to start again? Will my weakness for an hour make me suffer for a lifetime? Is there any way to be made whole again? If I’m healed, renewed, and find forgiveness, find the strength I’ve never had Will my scars forever ruin all God’s plan? Is He not strong enough? Is He not pure enough? To break me, pour me out and start again Is He not brave enough? To take one chance on me Please can I have one chance to start again?​ He took my life into His hands and it turned it all around In my most desperate circumstance It’s there I’ve finally found That You are strong enough That You are pure enough To break me, pour me out and start again That You are brave enough To take one chance on me Oh thank you for my chance to start again.”

Dan saat aku menangis itulah Dia berkata padaku, “Pernahkah kamu berada dalam satu hubungan dan merasa hambar setelah berapa lama menjalaninya? Apakah itu artinya orang yang kamu cintai tidak lagi mencintaimu? Apakah saat kamu tidak merasakan kehadiranKu, itu berarti Aku meninggalkanMu dan tidak bersamaMu?” “Saat kamu menjalani suatu hubungan, hatiMu tidak akan terus berbunga-bunga, ada saatNya kamu merasa itu menjadi suatu hal yang biasa. Bukan berarti itu hal yang buruk. Aku tidak ingin kamu merasakan kehadiranKu hanya ketika kamu ingin merasa bahagia, tapi dalam keadaan terburuk pun kamu harus belajar untuk peka akan suaraKu. Mengerti bahwa aku tidak pernah meninggalkanMu.” ​God is strong enough. And when He gave His Son to that cross He is fully aware of the price that He paid. He is fully aware of our scars, of our fears, of our sins. But those didn’t drive Him away. Instead He welcomes us with open arms. Untuk kalian yang sudah merasakan lahir baru cukup lama, pernahkah pada satu titik kalian merasa kalian tidak seberapi-api pertama kali kamu menerima Kristus? Pernahkah terbersit dalam pikiran kalian bahwa itu hanyalah sebuah fase yang harus kalian rangkul? Ya, sebuah fase menuju hubungan yang lebih erat lagi dengan Yesus. Yang perlu kamu lakukan cukup datang kepadaNya dengan hati yang terbuka.

bottom of page