top of page

#HaveYouEver Felt Betrayed?

Pernah disakitin? Dikhianatin? Dikecewain? Backstabbed by loved ones?

Well, it's obvious that I have. Kalau gak, aku gak bakal memulai topik ini.

Aku pernah difitnah ketika aku masih 2 SD, aku pernah dikecewakan oleh orang yang aku sayangi, aku pernah merasa tersisihkan dalam sekelompok teman yang aku kira bisa aku percayai...

Bukan hal baru untukmu? Bagus.

Then let's talk about forgiveness. Have you forgiven them?

Most of you would say, "I have." But really, have you?

"Iya, itu udah berlalu. Aku udah ga terlalu ingat juga kejadiannya."

"Aku juga ga bakal ketemu lagi sama orangnya."

Kalau ada kejadian yang serupa terjadi lagi dalam hidupmu, yang dilakukan oleh orang yang berbeda, kamu bakal teringat lagi gak sama yang lalu?

Cek lagi hatimu. Jadikan itu perenunganmu.

Aku tipe orang yang cincai. Dan bisa dibilang mudah untuk melupakan kejadian yang lalu. Well, ga juga sih. Sebenarnya itu karena aku lebih memilih untuk tidak menjadikan itu masalah. Aku memilih untuk lebih menghindari konflik. Tapi cuma karena aku tidak membahasnya, bukan berarti masalah itu tidak ada.

Aku tahu soal memendam masalah. Seperti menyimpan racun yang pada saatnya akan membunuhmu.

Ketika beberapa waktu lalu aku dikecewakan oleh orang yang aku percayai, aku cukup kaget karena hatiku saat itu memintaku untuk tidak melihat kesalahannya, tapi apa yang terjadi di balik itu sehingga ia melakukan kesalahan tersebut.

Aku duduk. Mendengarkan. Menghiburnya. Aku fokus kepada kasih yang aku rasakan terhadapnya, dan itu juga yang bikin aku mampu untuk menenangkan hatinya dari rasa bersalah.

Aku kira, oh ternyata aku cukup kuat ya. Kalau cinta, memaafkan jadi ga sesulit itu. Semua clear hari itu juga.

Tapi besoknya, aku bangun dengan perasaan gundah, galau. Aku bertanya pada diriku sendiri, "Yang aku lakuin ini bener ga sih?"

Kemarin aku memang sudah baik-baik saja. Tapi esoknya, memikirkannya saja hatiku langsung terasa sakit. Aku mencoba untuk menyapanya seperti biasa, dan aku bisa. Tapi dalam hatiku ada sakit yang tidak bisa kujelaskan.

Saat itulah aku baru menyadari, ternyata memaafkan itu pilihan yang harus aku ambil setiap hari.

Aku kira, sekali saja mengatakan "Aku memaafkanmu." sudah cukup. Tapi masalah hari ini, berbeda dengan masalah besok. Kemarin aku dipenuhi oleh kasih, tapi kalau hari ini aku tidak mengundang kasih untuk datang lagi ke dalam hatiku, rasanya berat.

Ternyata memang aku butuh kasih setiap hari. Dan mengasihi itu bukan soal perasaan, tapi pilihan yang mau kita usahakan setiap hari. Kemarin memang sudah oke, tapi hari ini aku tidak boleh sampai lengah.

Jadi hari itu aku memilih untuk memaafkannya lagi, meskipun dia tidak sedang menyakitiku. Tapi aku memaafkan bagaimana pilihannya melukaiku. Aku memaafkan dirinya karena telah melukai perasaanku sedalam itu, baik disadari atau tidak. Tapi terutama, aku memilih untuk tetap mengasihinya. Bahkan lebih lagi mengasihinya.

2 hari berlalu, aku masih merasakan kegalauan yang sama. Tapi aku memilih untuk melawannya. Aku membawa semua ini dalam doa. Dan meminta Tuhan untuk memulihkan dan memperbaharui hubungan ini.

And that's when this thought came to my heart, "Terus kenapa kalau dikhianati? Terus kenapa kalau aku dilukain? Terus kenapa kalau aku disakiti? Kalau aku memilih untuk tetap mengasihi, semua itu tidak berarti. Karena tidak ada hukum yang melarang aku untuk mengasihi."

Dengan kasih, semua pelanggaran itu aku putuskan untuk hilang.

Tidak perlu malu untuk mengatakan kamu tidak sanggup untuk memaafkan. Karena memang natur kita seperti itu. We're only human. We are all fragile, none of us wants to get hurt.

But do you know?

You don't have to walk alone in this.

Aku tidak akan sanggup, jika aku tidak mengalami kasih tak terbatas yang telah Tuhan berikan. Aku tidak akan mampu memaafkan kalau aku tidak terlebih dahulu merasakan bagaimana itu dimaafkan.

Kasih yang Tuhan berikan, menghapus keinginanku untuk dikasihani orang lain. Karena aku tahu mengasihi itu jauh lebih penting. Karena itu yang telah menyelamatkanku.

Dan aku bersyukur aku menemukan soundtrack yang pas banget waktu aku sedang mengalami semua ini!

Orang pada umumnya sih menganggap lagu ini tentang move on dari suatu hubungan cinta. Tapi aku secara personal melihat ini sebagai lagu move on dari kejadian yang membayangi kita di masa lalu. Dan kalimat "Kau pun tak lagi kembali" lebih kutujukan ke perasaan sakit yang dulu membayangi. Dan bagaimana itu bisa berubah menjadi kasih, bukan lagi perasaan sendu.

MEMULAI KEMBALI

Monita Tahalea

Matahari sudah di penghujung petang

Kulepas hari dan sebuah kisah

Tentang angan pilu yang dahulu melingkupiku

Sejak saat itu langit senja tak lagi sama

Sebuah janji terbentang di langit biru

Janji yang datang bersama pelangi

Angan-angan pilu pun perlahan-lahan menghilang

Dan kabut sendu pun berganti menjadi rindu

Aku mencari

Aku berjalan

Aku menunggu

Aku melangkah pergi

Kaupun tak lagi kembali

Sebuah janji terbentang di langit biru

Janji yang datang bersama pelangi

Angan-angan pilupun perlahan-lahan menghilang

Dan kabut sendupun berganti menjadi rindu

Sejak saat itu langit senja

Tak lagi sama

Angan-angan pilupun perlahan-lahan menghilang

Dan kabut sendu pun berganti menjadi rindu

Sejak saat itu langit senja

Tak lagi sama

Aku mencari

Aku berjalan

Aku menunggu

whoo ooh

Aku melangkah pergi

Kaupun tak lagi Aku mencari

Aku berjalan

Aku menunggu

whoo ooh

Aku melangkah pergi

Kaupun tak lagi

Dan ku kan memulai kembali

If forgiving once is not enough for you, choose to do it for the second, third, fourth...

Karena cinta memang harus diusahakan.

bottom of page